Selasa, 09 Februari 2010

Peka Terhadap Hal-hal Kecil

Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8).
Saudaraku yang baik, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang memiliki kepekaan. Karena, andaikata kita kehilangan kepekaan, maka akan kita akan menghadapi beraneka ragam kesulitan. Ibarat memegang sesuatu yang panas tetapi ternyata tangan kita tidak peka, dapat dibayangkan, tangan kita akan melepuh tanpa kita sadari. Begitupun dengan hati, semakin bersih hati kita, insya Allah akan semakin peka terhadap apapun. Jika hati sudah peka, maka akan bisa mendeteksi sesuatu dengan baik. Seperti halnya cermin, kalau bersih tentunya akan mudah untuk digunakan bercermin diri maupun orang lain. Tapi bila cerminnya kotor, jangankan orang lain, kita pun akan kesulitan melihat wajah sendiri.
Saudaraku, kita harus memiliki kepekaan, bukan saja peka terhadap hal-hal besar, namun peka pula terhadap hal-hal kecil; sepele. Tidak ada satu pun yang besar, kecuali diawali oleh sesuatu yang kecil. Semegah dan setinggi apapun gedung, pastilah ia tersusun atas bata dan besi-besi kecil. Begitu pun sebuah buku, ia tersusun atas kalimat-kalimat. Sebuah kalimat adalah rangkaian kata. Sebuah kata adalah rangkaian huruf. Dan sebuah huruf adalah rangkaian titik.
Titik adalah tanda terkecil yang biasa dilihat manusia. Walaupun kecil, tapi pengaruhnya begitu besar. Di dalam tata bahasa Arab sebuah titik bisa mempengaruhi makna sebuah kata. Tanpa titik beberapa huruf Arab tidak mengandung arti. Begitu pun bila salah menempatkan titik, maka makna sebuah kata dan cara membacanya jadi berbeda.
Sebagai contoh, bila titik disimpan di atas, maka kita membacanya nun. Bila disimpan di bawah, maka kita menyebutnya huruf ba'. Bila ditambahkan satu titik lagi di atas, menjadi huruf ta'. Bila ditambah satu titik lagi berubah menjadi tsa. Demikian seterusnya.
Jadi begitu banyak peran sebuah titik. Maka, Mahasuci Allah yang menjaga Alquran dari kesalahan, walau hanya dari sebuah titik. Salah saja kita menempatkan titik, maka makna sebuah ayat dalam Alquran bisa berubah pula. Kalau seandainya Alquran itu buatan manusia, niscaya ia tidak akan tersusun sedemikian cermatnya. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar Memeliharanya (QS Al-Hijr [15]: 9).
Apa hikmahnya bagi kita? Kita jangan mengabaikan kebaikan sekecil apapun dan juga jangan menganggap remeh keburukan sekecil apapun. Kita harus selalu waspada terhadap semua hal kecil yang bisa menjadi amal atau yang bisa menjadi dosa. Kecil menurut kita belum tentu kecil dalam pandangan Allah.
Allah SWT berfirman, "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscara dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8). Rasulullah SAW pun mengingatkan kita agar tidak memandang remeh sebuah dosa, "Janganlah engkau memandang besar atau kecilnya maksiat, tapi pandanglah kepada siapa engkau bermaksiat".
Sangat bijak apabila kita tidak membanding-banding sebuah amal dengan amal lainnya. Allah SWT tidak melihat dari besar kecilnya sebuah amal, Allah SWT hanya melihat nilai keikhlasan dan keistiqamahan seorang hamba dalam melakukannya. Boleh jadi, dalam pandangan manusia, amal yang kita lakukan itu terlihat sepele, tapi dalam pandangan Allah SWT, nilainya sangat besar. Begitu pun sebaliknya, kita melakukan sebuah amal yang besar dalam pandangan manusia, tapi teramat kecil dalam pandangan Allah SWT.
Misal, memungut puntung rokok di jalan dan memasukkannya ke tempat sampah. Amal ini terlihat sepele, tapi akan bernilai luar biasa bila dilakukan dengan ikhlas dan istiqamah. Sungguh! kita pun bisa menjadi mulia karena hal-hal kecil, seperti mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang membantu, mendahului orang mengucap salam, meminta maaf, melempar senyum dengan ikhlas, mempermudah urusan orang, atau pun menunjukkan raut muka cerah.
Saudaraku, kepekaan akan menunjukkan seberapa baik kualitas diri kita. Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat peka terhadap kebaikan atau dosa sekecil apapun, hingga beliau menjadi orang yang sangat berkualitas. Wallahu a'lam bish-shawab.
(KH Abdullah Gymnastiar )

________________________________________

0 komentar: