Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru diharapkan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajarannya sehingga pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Hal itu tentu didasarkan pada pertimbangan antara lain pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. Disamping itu bahan-bahan pembelajaran lebih bervariatif dan siswa lebih aktif (Sudjana dan Ahmad Rivai 1989 : 1-2).
Dengan menggunakan media pembelajaran, guru dapat merancang pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga proses pembelajaran tidak menjemukan, dapat mendorong minat dan bakat siswa untuk bertanya dan mencoba melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran. Disinilah peran guru dalam merancang dan menggunakan media pembelajaran sehingga dapat memberi nuansa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dan memberi kesempatan yang luas sisswa untuk secara aktif, kreatif, dan inovatif mencapai hasil belajar dengan baik sebagaimana kompetensi yang diharapkan.
Pengguna media pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia disesuaikan dengan materi pokok pembelajaran. Guru dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran yang menunjang rancangan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran, alat peraga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia selain faktor relevansi dengan materi pembelajaran. Kemampuan berpikir anak usia SD yang umumnya masih berada pada tahap perkembangan berpikir anak usia SD yang umumnya masih berada pada tahap perkembangan berfikir kongkrit menurut guru dapat membuat media yang memudahkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia untuk dbahasa indonesiahami. Bentuk nyata menjadi alternatif media pembelajaran yang perlu disiapkan guru dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dari uraian diatas ternyata proses pembelajaran dan media merupakan satu bagian yang integral, merupakan satu kesatuan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dalam proses pembelajarannya sedapat mungkin disediakan dan digunakan media yang efektif dan efisien agar mengurangi verbalisme siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran yang sulit dbahasa indonesiahami atau dilakukan, seperti hanya materi mengubah puisi menjadi lebih prosa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Materi ini dianggap sulit karena membutuhkan kemampuan siswa dalam memahami isi sebuah karya sastra puisi yang dikarang seseorang dan kemampuan menyusun kalimat dalam menyampaikan makna puisi yang dbahasa indonesiahami secara tertulis dalam bentuk paragraf.
Dengan menggunakan desain dan model mengubah puisi menjadi prosa menjadi media sekaligus sumber belajar dalam proses pembelajaran yang dilakukan, diharapkan dapat mengubah proses pembelajaran lebih berkualitas dilihat dari berbagai aspek. Siswa merasa terbimbing, lebih efektif, kreatif, termotivasi dan suasana pembelajaran tidak menjemukan.
Desain sebagai media pembelajaran adalah suatu rancangan sederhana yang berisi tentang langkah-langkah dalam mengubah puisi menjadi prosa. Fungsinya untuk menjelaskan atau petunjuk praktis mengenai cara mengubah puisi menjadi prosa yang dipelajari siswa. Sedangkan model merupakan contoh kongkret prosa hasil ubahan dari puisi yang dibaca siswa yang berkaitan dengan desain yang dipelajarinya. Model ini berisi tentang hasil akhir prosa yang dihasilkan berdasarkan puisi yang ada, yang dapat dijadikan gambaran kongkret untuk mengubah puisi menjadi prosa. Desain dan model ini selain sebagai media juga sebagai sumber belajar dan obyek apresiasi.
Dalam pelaksanaan pembelajarannya, guru perlu merancang pembelajaran yang memungkinkan suasana kelas kondusif, dan memunculkan kreatifitas siswa dengan menggunakan desain dan model puisi yang dimiliki. Menurut Wibawa dkk (1992 : 8), sebagai alat bantu mengajar, media pembelajaran keberadaannya tergantung pada cara dan kemampuan guru yang menggunakannya. Dengan demikian guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang ada dengan efektif untuk menunjang pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran.
Jumat, 19 Februari 2010
Selasa, 09 Februari 2010
Peka Terhadap Hal-hal Kecil
Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8).
Saudaraku yang baik, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang memiliki kepekaan. Karena, andaikata kita kehilangan kepekaan, maka akan kita akan menghadapi beraneka ragam kesulitan. Ibarat memegang sesuatu yang panas tetapi ternyata tangan kita tidak peka, dapat dibayangkan, tangan kita akan melepuh tanpa kita sadari. Begitupun dengan hati, semakin bersih hati kita, insya Allah akan semakin peka terhadap apapun. Jika hati sudah peka, maka akan bisa mendeteksi sesuatu dengan baik. Seperti halnya cermin, kalau bersih tentunya akan mudah untuk digunakan bercermin diri maupun orang lain. Tapi bila cerminnya kotor, jangankan orang lain, kita pun akan kesulitan melihat wajah sendiri.
Saudaraku, kita harus memiliki kepekaan, bukan saja peka terhadap hal-hal besar, namun peka pula terhadap hal-hal kecil; sepele. Tidak ada satu pun yang besar, kecuali diawali oleh sesuatu yang kecil. Semegah dan setinggi apapun gedung, pastilah ia tersusun atas bata dan besi-besi kecil. Begitu pun sebuah buku, ia tersusun atas kalimat-kalimat. Sebuah kalimat adalah rangkaian kata. Sebuah kata adalah rangkaian huruf. Dan sebuah huruf adalah rangkaian titik.
Titik adalah tanda terkecil yang biasa dilihat manusia. Walaupun kecil, tapi pengaruhnya begitu besar. Di dalam tata bahasa Arab sebuah titik bisa mempengaruhi makna sebuah kata. Tanpa titik beberapa huruf Arab tidak mengandung arti. Begitu pun bila salah menempatkan titik, maka makna sebuah kata dan cara membacanya jadi berbeda.
Sebagai contoh, bila titik disimpan di atas, maka kita membacanya nun. Bila disimpan di bawah, maka kita menyebutnya huruf ba'. Bila ditambahkan satu titik lagi di atas, menjadi huruf ta'. Bila ditambah satu titik lagi berubah menjadi tsa. Demikian seterusnya.
Jadi begitu banyak peran sebuah titik. Maka, Mahasuci Allah yang menjaga Alquran dari kesalahan, walau hanya dari sebuah titik. Salah saja kita menempatkan titik, maka makna sebuah ayat dalam Alquran bisa berubah pula. Kalau seandainya Alquran itu buatan manusia, niscaya ia tidak akan tersusun sedemikian cermatnya. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar Memeliharanya (QS Al-Hijr [15]: 9).
Apa hikmahnya bagi kita? Kita jangan mengabaikan kebaikan sekecil apapun dan juga jangan menganggap remeh keburukan sekecil apapun. Kita harus selalu waspada terhadap semua hal kecil yang bisa menjadi amal atau yang bisa menjadi dosa. Kecil menurut kita belum tentu kecil dalam pandangan Allah.
Allah SWT berfirman, "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscara dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8). Rasulullah SAW pun mengingatkan kita agar tidak memandang remeh sebuah dosa, "Janganlah engkau memandang besar atau kecilnya maksiat, tapi pandanglah kepada siapa engkau bermaksiat".
Sangat bijak apabila kita tidak membanding-banding sebuah amal dengan amal lainnya. Allah SWT tidak melihat dari besar kecilnya sebuah amal, Allah SWT hanya melihat nilai keikhlasan dan keistiqamahan seorang hamba dalam melakukannya. Boleh jadi, dalam pandangan manusia, amal yang kita lakukan itu terlihat sepele, tapi dalam pandangan Allah SWT, nilainya sangat besar. Begitu pun sebaliknya, kita melakukan sebuah amal yang besar dalam pandangan manusia, tapi teramat kecil dalam pandangan Allah SWT.
Misal, memungut puntung rokok di jalan dan memasukkannya ke tempat sampah. Amal ini terlihat sepele, tapi akan bernilai luar biasa bila dilakukan dengan ikhlas dan istiqamah. Sungguh! kita pun bisa menjadi mulia karena hal-hal kecil, seperti mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang membantu, mendahului orang mengucap salam, meminta maaf, melempar senyum dengan ikhlas, mempermudah urusan orang, atau pun menunjukkan raut muka cerah.
Saudaraku, kepekaan akan menunjukkan seberapa baik kualitas diri kita. Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat peka terhadap kebaikan atau dosa sekecil apapun, hingga beliau menjadi orang yang sangat berkualitas. Wallahu a'lam bish-shawab.
(KH Abdullah Gymnastiar )
________________________________________
Saudaraku yang baik, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang memiliki kepekaan. Karena, andaikata kita kehilangan kepekaan, maka akan kita akan menghadapi beraneka ragam kesulitan. Ibarat memegang sesuatu yang panas tetapi ternyata tangan kita tidak peka, dapat dibayangkan, tangan kita akan melepuh tanpa kita sadari. Begitupun dengan hati, semakin bersih hati kita, insya Allah akan semakin peka terhadap apapun. Jika hati sudah peka, maka akan bisa mendeteksi sesuatu dengan baik. Seperti halnya cermin, kalau bersih tentunya akan mudah untuk digunakan bercermin diri maupun orang lain. Tapi bila cerminnya kotor, jangankan orang lain, kita pun akan kesulitan melihat wajah sendiri.
Saudaraku, kita harus memiliki kepekaan, bukan saja peka terhadap hal-hal besar, namun peka pula terhadap hal-hal kecil; sepele. Tidak ada satu pun yang besar, kecuali diawali oleh sesuatu yang kecil. Semegah dan setinggi apapun gedung, pastilah ia tersusun atas bata dan besi-besi kecil. Begitu pun sebuah buku, ia tersusun atas kalimat-kalimat. Sebuah kalimat adalah rangkaian kata. Sebuah kata adalah rangkaian huruf. Dan sebuah huruf adalah rangkaian titik.
Titik adalah tanda terkecil yang biasa dilihat manusia. Walaupun kecil, tapi pengaruhnya begitu besar. Di dalam tata bahasa Arab sebuah titik bisa mempengaruhi makna sebuah kata. Tanpa titik beberapa huruf Arab tidak mengandung arti. Begitu pun bila salah menempatkan titik, maka makna sebuah kata dan cara membacanya jadi berbeda.
Sebagai contoh, bila titik disimpan di atas, maka kita membacanya nun. Bila disimpan di bawah, maka kita menyebutnya huruf ba'. Bila ditambahkan satu titik lagi di atas, menjadi huruf ta'. Bila ditambah satu titik lagi berubah menjadi tsa. Demikian seterusnya.
Jadi begitu banyak peran sebuah titik. Maka, Mahasuci Allah yang menjaga Alquran dari kesalahan, walau hanya dari sebuah titik. Salah saja kita menempatkan titik, maka makna sebuah ayat dalam Alquran bisa berubah pula. Kalau seandainya Alquran itu buatan manusia, niscaya ia tidak akan tersusun sedemikian cermatnya. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar Memeliharanya (QS Al-Hijr [15]: 9).
Apa hikmahnya bagi kita? Kita jangan mengabaikan kebaikan sekecil apapun dan juga jangan menganggap remeh keburukan sekecil apapun. Kita harus selalu waspada terhadap semua hal kecil yang bisa menjadi amal atau yang bisa menjadi dosa. Kecil menurut kita belum tentu kecil dalam pandangan Allah.
Allah SWT berfirman, "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscara dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8). Rasulullah SAW pun mengingatkan kita agar tidak memandang remeh sebuah dosa, "Janganlah engkau memandang besar atau kecilnya maksiat, tapi pandanglah kepada siapa engkau bermaksiat".
Sangat bijak apabila kita tidak membanding-banding sebuah amal dengan amal lainnya. Allah SWT tidak melihat dari besar kecilnya sebuah amal, Allah SWT hanya melihat nilai keikhlasan dan keistiqamahan seorang hamba dalam melakukannya. Boleh jadi, dalam pandangan manusia, amal yang kita lakukan itu terlihat sepele, tapi dalam pandangan Allah SWT, nilainya sangat besar. Begitu pun sebaliknya, kita melakukan sebuah amal yang besar dalam pandangan manusia, tapi teramat kecil dalam pandangan Allah SWT.
Misal, memungut puntung rokok di jalan dan memasukkannya ke tempat sampah. Amal ini terlihat sepele, tapi akan bernilai luar biasa bila dilakukan dengan ikhlas dan istiqamah. Sungguh! kita pun bisa menjadi mulia karena hal-hal kecil, seperti mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang membantu, mendahului orang mengucap salam, meminta maaf, melempar senyum dengan ikhlas, mempermudah urusan orang, atau pun menunjukkan raut muka cerah.
Saudaraku, kepekaan akan menunjukkan seberapa baik kualitas diri kita. Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat peka terhadap kebaikan atau dosa sekecil apapun, hingga beliau menjadi orang yang sangat berkualitas. Wallahu a'lam bish-shawab.
(KH Abdullah Gymnastiar )
________________________________________
Menjadi Manusia Kreatif
Hati yang jernih akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan seorang Muslim. Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk mengisi hari-hari Ramadhan ini dengan cara terbaik, sehingga selepas Ramadhan kita memiliki kemampuan untuk menjalani hidup dengan kualitas terbaik pula.
Saudaraku, setiap hari usia kita bertambah; setiap hari terjadi perubahan, dan setiap hari pula masalah semakin bertambah, kompleks, dan semakin rumit. Karena itu, bila kemampuan kita tidak bertambah, maka cepat atau lambat masalah akan membinasakan dan menghancurkan kita.
Ada satu kemampuan yang harus selalu kita tingkatkan agar hidup kita semakin berkualitas. Itulah kreativitas. Kreativitas adalah daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Biasanya, kreativitas akan memunculkan inovasi, yaitu kemampuan untuk memperbaharui hal-hal yang telah ada. Bila kreativitas itu daya atau kemampuan, maka inovasi itu hasil atau produk.
Kreativitas begitu penting dalam hidup manusia. Mengapa? Tanpa kreativitas kita akan larut dan tergilas roda perubahan. Tanpa kreativitas kita tidak akan mampu bertahan menghadapi perubahan yang semakin cepat. Perusahaan-perusaha an besar yang mampu bertahan, biasanya memiliki tradisi untuk mengembangkan budaya kreatif yang kemudian menghasilkan produk-produk yang inovatif.
Bagaimana caranya agar kita mampu menjadi orang yang kreatif. Ada lima cara. Pertama, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Orang yang kreatif adalah orang yang gemar mencari informasi, gemar mengumpulkan input, dan cinta ilmu. Tiada berlalu waktu-waktunya, kecuali bertambah dengan input-input yang baru dan segar. Karena itu, kita harus selalu bertanya, sejauh mana kecintaan kita terhadap informasi dan ilmu.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan input tersebut. Antara lain melalui buku, sikap meneliti, menyimak, melihat tayangan televisi yang bermanfaat, berdiskusi, merenung, mendengar, menghadiri majelis ilmu, dan sebagainya.
Kedua, terbuka pada hal-hal yang baru. Setiap saat selalu terjadi perubahan. Karena itu, alangkah ruginya orang yang tidak mau berubah dengan menyukai hal-hal baru. Itu sama artinya dengan berjalan mundur, tatkala orang lain bergegas dan berlari. Orang yang kreatif adalah orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri.
Tentu, terbuka dengan hal-hal baru tidak harus menjadikan kita mengikuti hal-hal baru tersebut. Kita bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, dan menyesuaikan dengan nilai-nilai yang kita anut. Orang yang kreatif bisa dilihat dari kebiasaannya sehari-hari tatkala pergi ke kantor. Usahakan kita jangan melewati jalur yang sama, sekali-kali cari jalan lain. Biasanya kita pun akan mendapatkan ide-ide atau sesuatu yang baru pula.
Ketiga, berani memikul risiko. Semua tindakan kreatif biasanya akan mengundang risiko. Adalah mimpi melakukan sesuatu yang baru tanpa adanya risiko. Rasulullah SAW adalah orang yang kreatif dengan membawa ajaran baru (Islam) ke tengah-tengah umatnya. Konsekuensinya, beliau dimusuhi dan diperangi. Demikian pula dengan Thomas Alfa Edison. Ia adalah orang kreatif yang berani gagal beribu-ribu kali sebelum menemukan bola lampu. Untuk menjadi kreatif, kita harus berani menanggung risiko, keluar dari zona nyaman.
Keempat, memiliki semangat yang membara untuk sukses dalam hidup. Tanpa semangat, mustahil kita akan mendapat banyak hal dalam hidup. Semangat biasanya akan melipatgandakan kemampuan seseorang untuk berprestasi. Orang yang kreatif, hari-harinya akan selalu bersemangat untuk berproses dalam menggapai semua hal yang diinginkannya. Kita harus bertanya, bersemangatkah kita dalam hidup? Apakah kita ini seorang yang bermental lemah dan selalu kalah dalam memperjuangkan cita-cita? Kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Kelima, nilai kreativitas akan semakin lengkap dengan hati yang jernih sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Biasanya, kejernihan hati akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan seorang Muslim. Bahkan, karya-karya monumental biasanya berawal dari kejernihan hati dan ketajaman pikiran. Perlu ditekankan bahwa firasat dan ide akan lebih abadi bila kita segera menuliskan dan merealisasikannya dalam tindakan nyata. Biasanya ide yang cemerlang akan mati begitu saja bila tidak diamalkan. Sebaliknya, sebuah ide akan meningkatkan kualitas diri tatkala ia dipraktikkan dalam kehidupan.
Semoga Allah Yang Mahaagung, memberi kemampuan pada kita untuk menjadi seorang yang kreatif dalam hidup; kreatif yang positif; kreatif yang lahir dari kejernihan batin sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Karena itu, marilah kita menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai titik balik perbaikan diri dengan menjadi hamba-hamba yang kreatif. Wallahu a'lam bish-shawab.
(KH Abdullah Gymnastiar )
Saudaraku, setiap hari usia kita bertambah; setiap hari terjadi perubahan, dan setiap hari pula masalah semakin bertambah, kompleks, dan semakin rumit. Karena itu, bila kemampuan kita tidak bertambah, maka cepat atau lambat masalah akan membinasakan dan menghancurkan kita.
Ada satu kemampuan yang harus selalu kita tingkatkan agar hidup kita semakin berkualitas. Itulah kreativitas. Kreativitas adalah daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Biasanya, kreativitas akan memunculkan inovasi, yaitu kemampuan untuk memperbaharui hal-hal yang telah ada. Bila kreativitas itu daya atau kemampuan, maka inovasi itu hasil atau produk.
Kreativitas begitu penting dalam hidup manusia. Mengapa? Tanpa kreativitas kita akan larut dan tergilas roda perubahan. Tanpa kreativitas kita tidak akan mampu bertahan menghadapi perubahan yang semakin cepat. Perusahaan-perusaha an besar yang mampu bertahan, biasanya memiliki tradisi untuk mengembangkan budaya kreatif yang kemudian menghasilkan produk-produk yang inovatif.
Bagaimana caranya agar kita mampu menjadi orang yang kreatif. Ada lima cara. Pertama, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Orang yang kreatif adalah orang yang gemar mencari informasi, gemar mengumpulkan input, dan cinta ilmu. Tiada berlalu waktu-waktunya, kecuali bertambah dengan input-input yang baru dan segar. Karena itu, kita harus selalu bertanya, sejauh mana kecintaan kita terhadap informasi dan ilmu.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan input tersebut. Antara lain melalui buku, sikap meneliti, menyimak, melihat tayangan televisi yang bermanfaat, berdiskusi, merenung, mendengar, menghadiri majelis ilmu, dan sebagainya.
Kedua, terbuka pada hal-hal yang baru. Setiap saat selalu terjadi perubahan. Karena itu, alangkah ruginya orang yang tidak mau berubah dengan menyukai hal-hal baru. Itu sama artinya dengan berjalan mundur, tatkala orang lain bergegas dan berlari. Orang yang kreatif adalah orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri.
Tentu, terbuka dengan hal-hal baru tidak harus menjadikan kita mengikuti hal-hal baru tersebut. Kita bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, dan menyesuaikan dengan nilai-nilai yang kita anut. Orang yang kreatif bisa dilihat dari kebiasaannya sehari-hari tatkala pergi ke kantor. Usahakan kita jangan melewati jalur yang sama, sekali-kali cari jalan lain. Biasanya kita pun akan mendapatkan ide-ide atau sesuatu yang baru pula.
Ketiga, berani memikul risiko. Semua tindakan kreatif biasanya akan mengundang risiko. Adalah mimpi melakukan sesuatu yang baru tanpa adanya risiko. Rasulullah SAW adalah orang yang kreatif dengan membawa ajaran baru (Islam) ke tengah-tengah umatnya. Konsekuensinya, beliau dimusuhi dan diperangi. Demikian pula dengan Thomas Alfa Edison. Ia adalah orang kreatif yang berani gagal beribu-ribu kali sebelum menemukan bola lampu. Untuk menjadi kreatif, kita harus berani menanggung risiko, keluar dari zona nyaman.
Keempat, memiliki semangat yang membara untuk sukses dalam hidup. Tanpa semangat, mustahil kita akan mendapat banyak hal dalam hidup. Semangat biasanya akan melipatgandakan kemampuan seseorang untuk berprestasi. Orang yang kreatif, hari-harinya akan selalu bersemangat untuk berproses dalam menggapai semua hal yang diinginkannya. Kita harus bertanya, bersemangatkah kita dalam hidup? Apakah kita ini seorang yang bermental lemah dan selalu kalah dalam memperjuangkan cita-cita? Kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Kelima, nilai kreativitas akan semakin lengkap dengan hati yang jernih sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Biasanya, kejernihan hati akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan seorang Muslim. Bahkan, karya-karya monumental biasanya berawal dari kejernihan hati dan ketajaman pikiran. Perlu ditekankan bahwa firasat dan ide akan lebih abadi bila kita segera menuliskan dan merealisasikannya dalam tindakan nyata. Biasanya ide yang cemerlang akan mati begitu saja bila tidak diamalkan. Sebaliknya, sebuah ide akan meningkatkan kualitas diri tatkala ia dipraktikkan dalam kehidupan.
Semoga Allah Yang Mahaagung, memberi kemampuan pada kita untuk menjadi seorang yang kreatif dalam hidup; kreatif yang positif; kreatif yang lahir dari kejernihan batin sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Karena itu, marilah kita menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai titik balik perbaikan diri dengan menjadi hamba-hamba yang kreatif. Wallahu a'lam bish-shawab.
(KH Abdullah Gymnastiar )
Langganan:
Postingan (Atom)